Jumat, 28 Desember 2012

Monopoli, Bermain Sambil Ajarkan Strategi Bisnis

Di liburan semester ini untuk yang berlibur di rumah saja (seperti saya, hehe) tentunya sesekali terasa bosan. Nah daripada bosen, mending kita bermain monopoli. Eitts tapi kita gak bisa main sendiri, maka dari itu ajak tetangga kiri kanan kita untuk main monopoli bareng bareng. Oke, pada kesempatan ini saya akan membahasas tentang monopoli sampai ke tektek bengeknya. Yuk mari chek this out

Monopoli merupakan jenis permainan yang memerlukan kecerdasan, ketegasan dan ketangkasan para pemain dalam mengadakan transaksi. Kemampuan bertransaksi ini termasuk kombinasi untuk menyewakan, menjual dan membeli harta kekayaan sehingga akhirnya salah seorang menjadi kaya mutlak, atau disebut monopolist. Jadi permainan ini harus dilakukan dengan senyaman mungkin, dalam suasana yang menyenangkan bersama teman, keluarga, maupun kerabat.

Banyak hal yang bisa dipelajari dari bermain monopoli. Seperti kita belajar untuk sportif, mampu mengambil keputusan, bersaing dengan sehat, mengasah kemampuan berhitung dengan logika.

Sebagai kegiatan mengisi waktu luang bermain monopoli dengan anggota keluarga akan jauh lebih menyenangkan. 

Sejarah Monopoli
Ternyata permainan ini sejak lama sudah pernah ada. Sebelum monopoli, ada permainan yang serupa diantaranya adalah The Landlord's Game yang diciptakan oleh Elizabeth Magie untuk mempermudah orang mengerti bagaimana tuan-tuan tanah memperkaya dirinya dan mempermiskin para penyewa. Magie memperkenalkan permainan ini tahun 1904. Di Britania Raya, permainan ini  diterbitkan pada tahun 1913 oleh The Newbie Game Company, lalu di London dengan nama Brer Fox an' Brer Rabbit. Selain melalui penjualan, permainan ini tersebar dari mulut ke mulut. Variasi lokal juga mulai berkembang. Salah satunya adalah yang disebut Auction Monopoly. Kemudian disingkat menjadi Monopoly. Permainan ini kemudian dipelajari oleh Charles Darrow dan dipatenkan serta dijual olehnya kepada Parker Brothers sebagai penemuannya sendiri. Parker mulai memproduksi permainan ini secara luas pada tanggal 5 November 1935. Monopoli telah diterjemahkan untuk dipasarkan di berbagai negara, karena itu nama-nama petak, mata uang dan harga-harga properti juga disesuaikan dengan negara tersebut. Di Indonesia sendiri, dijual jenis monopoli buatan dalam dan luar negeri.
 
Cara Bermain
Untuk bermain monopoli dibutuhkan peralatan sebagai berikut:
  1. Bidak-bidak untuk mewakili pemain.
  2. Duah dadu berisi enam.
  3. Kartu hak milik untuk setiap properti. Kartu ini diberikan kepada pemain yang membeli properti itu. Diatas kartu tertera harga properti, harga sewa, harga gadai, harga rumah dan hotel.
  4. Papan dengan petak-petak.
  5. 22 tempat, dibagi menjadi 8 kelompok berwarna masing-masing dua atau tiga tempat. Seorang pemain harus menguasai satu kelompok warna sebelum ia boleh membeli rumah atau hotel.
  6. 4 stasiun kereta. Pemain memperoleh sewa lebih tinggi bila ia memiliki lebih dari satu stasiun. Tapi diatas stasiun diboleh dibangun rumah atau hotel.
  7. 2 perusahaan, yaitu perusahaan listrik dan perusahaan air. Pemain memperoleh sewa lebih tinggi bila ia memiliki keduanya. Rumah dan hotel tidak boleh dibangun diatas perusahaan.
  8. Petak-petak Dana Umum dan Kesempatan. Pemain yang mendarat diatas petak ini harus mengambil satu kartu dan menjalankan perintah diatasnya. 
  9. Uang-uangan monopoli.
  10. 32 rumah atau 12 hotel dari kayu atau plastik. Rumah biasanya memiliki warna hijau, hotel biasanya berwarna merah.
Setiap pemain melemparkan dadu secara bergiliran untuk memindahkan bidaknya, dan apabila ia mendarat di petak yang belum dimiliki pemain lain, ia dapat membeli petak itu sesuai harga yang tertera. Bila petak itu sudah dibeli pemain lain, ia harus membayar pemain itu uang sewa yang jumlahnya juga sudah ditetapkan.
 



Trik Masak Dapur

Memasak itu mengasikan, tetapi tetap harus waspada. Sebab, memasak bisa saja menjadi sumber kecelakaan dan penyakit. Makanya, masuk dapur pun ada triknya. Tidak percaya?

Perhatikan saja dapur kita ketika sedang digunakan untuk memasak. Ada api dari kompor, wajan panas, minyak panas, mixer listrik, microwave, pisau tajam, atau juga ceceran air di lantai. Wow... kalau tidak hati-hati bisa-bisa kita mengalami kecelakaan di dapur. Mau tau cara menghindarinya?

Cempal, ya itulah peralatan wajib untuk memegang atau mengangkat perangkat panas seperti wajan atau panci. Tau kan cempal? Kalau gak tau ini dia wujudnya
2. Usahakan ceceran air di dapur segera di lap. Bila tidak, kita bisa terpeleset.

3. Tangkai wajan atau panci diatas kompor harus menyamping. Kalau tidak bisa-bisa tangkainya tersenggol, isinya yang panas tumpah, dan uhh... jangan sampai deh.

4. Jangan pernah meninggalkan dapur dalam keadaan kosong ketika kompor menyala.
4. Hati-hati dengan pisau tajam. Bila berjalan, pastikan bagian tajam tidak menghadap ke luar. Bila meletakan pisau, pastikan bagian tajam menghadap tembok dan ada di tengah meja. Bila menyimpan pisau, selelalu meletakan bagian tajam menhadap ke bawah.

5. Jangan memindahkan peratalan masak elektronik ketika sedang on, alias menyala. Takutnya nanti kita nanti tersetrum.

Hmm, sedappp!!! Pusat kesedapan itu ada di dapur. Tapi jangan salah, lho! Selain pusatnya segala yang sedap, dapur juga salah satu pusatnya bibit penyakit. Ada daging mentah, lalat, atau juga sisa-sisa bahan makanan. Ini dia siasatnya:
 
Cuci tangan! Ya, jangan lupa cuci tangan. Selesai memotong daging, cuci tangan. Selesai membuat sambal, cuci tangan. Semakin sering cuci tangan, semakin bersih tangan kita.

Setiap selesai mengupas atau memotong, jangan segan membuang sisa-sisa bahan makanan ke tempat sampah yang tertutup.

Selesai memasak, selalu membersihkan kompor, meja, dan lantai dapur dari tumpahan tepung, minyak, atau sisa-sisa makanan.

Bila akan memakan sayur atau buah tanpa dimasak, cucilah di air keran sampai benar-benar bersih.

Supaya semakin higienis, tutuplah kepala dengan topi masak atau kain. Tentu saja supaya tidak ada rambut yang masuk ke dalam masakan.

Bagaimana? Masih ingin mencoba resep yang lain? Boleh saja. Tetapi, kita tidak akan diizinkan memakai dapur bila tidak melakukan hal terakhir ini. Yaitu, membersihkan dan membereskan dapur setiap selesai masak. Selamat memasak!


 

5 Jurus Ampuh Persahabatan Awet

"Gara-gara kamu, sih! Aku jadi dimarahi Bu Guru. Kan, aku jadi malu. Coba, kalau tadi kamu dengarkan aku. Kan, enggak gini jadinya. Huuuh!" ujar Salwa kepada Naflah kesal. Sejak saat itu Salwa dan Naflah jadi tidak saling tegur sapa. Padahal mereka sudah bersahabat sejak lama. Kacau deh! Untung saja beberapa hari kemudian, Naflah menemukan jurus ampuh. Jurus itu membuatnya kembali bersahabat dengan Salwa. Untuk teman-teman, Naflah mau berbagi jurus ampuhnya : )

Jurus 1: Menyapa
Hei apa kabar? Whuiih, senang rasanya kalau disapa begitu. Mmm, sapaan itu menunjukan, kalau temamnu memperhatikanmu. Jadi, kalau bertemu teman atau sahabat, jangan segan-segan menyapanya ya.

Jurus 2: Minta Maaf
Nah, ini dia jurus yang dipakai Naflah. Bayangkan, seandainya Naflah tidak minta maaf, gimana jadinya? Pasti Naflah akan kehilangan sahabat. Sedih kan?! Jadi, jangan pernah malu untuk meminta maaf, kalau kita tidak mau kehilangan sahabat.

Jurus 3: Minta Tolong
Manusia itu makhluk sosial. Hmm, maksudnya apa tuh? Manusia tidak bisa hidup sendiri. Tul kan?! Kita memang selalu membutuhkan orang lain. Entah hanya untuk mengobrol, main, atau bahkan minta bantuannya. Yup, memang ada saatnya kita butuh pertolongan. Ada kalanya juga, teman kita butuh pertolongan kita. Jadi, wajar banget kalau kita minta tolong pada orang lain. Minta tolong itu tidak selamanya merepotkan orang lain kok. Gitu ya? Yup, orang yang diminta tolong pun bisa merasa senang. Karena mereka bisa berguna buat temannya.

Jurus 4: Memuji
"Selamat, ya! Kamu memang hebat!" Pujian yang tulus dari teman atau sahabat, pasti akan sangat menyenangkan. Enggak cuma itu, pujian itu juga bisa membuat temanmu tambah semangat untuk berprestasi. Ini juga salah satu bukti perhatian kita pada teman, lo!.

Jurus 5: Berterima Kasih
Setelah ditolong, dipuji, dimaafkan, dan diperhatikan, apa yang mesti kita lakukan? Tentu saja kita tidak boleh lupa mengucapkan kata "terima kasih". Kata terima kasih itu akan membuat temanmu senang. Ia akan merasa, kita bisa menerima apa yang sudah diberikannya.




Senin, 24 Desember 2012

Keliling Batavia Naik Ojek Sepeda

Siang itu, aku berkeliling di kota Lama Jakarta. Kota Lama Jakarta ini dulu disebut Batavia. Batavia sangat terkenal pada zamannya. Ia adalah kota besar pertama di Indonesia. Banyak gedung tua dari tahun 19700-an masih kita lihat sampai sekarang.

Aku berkeliling kota naik ojek sepada. Ini pengalaman pertamaku naik ojek sepeda. Selama ini, ojek yang kutahu adalah ojek sepeda motor. Namun, di Batavia, ojek sepeda adalah hal yang biasa. Jumlahnya puluhan, bahkan mungkin ratusan. Banyak orang suka naik ojek sepeda karena murah, anti macet, dan nyaman.

Berkeliling di Batavia naik ojek sepeda rasanya sungguh beda. Naik sepeda diantara bangunan tua, rasanya seperti diajak kembali ke zaman lampau. Aku membayangkan bagaimana kehidupan orang-orang dulu.

Orang kantoran lalu lalang dengan baju putih. Para perempuan berkebaya dan berpayung kertas. Lonceng delman dan dering sepeda riuh di jalanan. Sampan-sampan hilir mudik di sungai. Aku sejenak gedung-gedung tua Batavia sebelum pulang. Mereka sebenarnya indah. Sayangnya kurang terawat. Mereka menungu arsitek muda yang peduli untuk merawatnya.
Gedung ini dahulu digunakan sebagai kantor Dewan Kehakiman Batavia. Lihatlah pilar-pilarnya yang besar.
Mengingatkan kita pada gedung yunani kuno.


Minggu, 23 Desember 2012

Taman Bungan Nusantara (Cianjur)

Ini dia keindahan taman bungan nusantara yang berada di Cianjur

Ini adalah bunga yang dirangkai menyerupai burung merak, bagus kan?


Jamnya bagus kan?


Main main di labirin yuk

WOW banget bunganya
Welcome to Sakura Garden
Bagus ya Air mancurnya




Inilah Tokoh-Tokoh Brother Bear

Brother bear merupakan film kesukaan saya, berikut ini adalah tokoh-tokoh dalam Film Brohter Bear:

Tanana
Nenek ini adalah pemuka adat. Dialah yang memimpin upacara saat Kenai dinyatakan menginjak dewasa dengan mendapatkan totem. Tanana tahu saat Kenai berubah wujud menjadi beruang. Dan dia menasehati agar Kenai pergi ke tempat dimana cahaya menyentuh bumi. Sebab, di tempat inilah Kenai akan kembali menjadi manusia.

Sitka
Inilah kakak sulung Kenai yang sangat bijaksana, sabar, dan bertanggung jawab. Ia selalu membimbing kedua adiknya, Denahi dan Kenai. Sitka memiliki totem rajawali, lambang pemimpin dan pembimbing. Dalam perkelahian melawan beruang untuk melindungi adiknya, Sitka tewas. Namun, ia terus mengawasi kedua adiknya. Atas kehendak Sitka pula Kenai diubah menjadi beruang. Maksudnya agar Kenai memahami makna cinta dan tidak lagi membenci beruang.

Kenai
Inilah si bungsu dari tiga bersaudara. Sebagai adik terkecil, ia ingin menunjukan pada kedua kakaknya bahwa ia sudah dewasa. Saat upacara adat sebagai tanda Kenai telah menginjak dewasa ia mendapat totem beruang lambang cinta. Namun, Kenai tidak menyukai beruang. Sebab, bagi Kenai beruang itu suka mencuri dan menyerang orang. Kebenciannya kepada beruang semakin menjadi-jadi tatkala kakaknya Sitka tewas di tangan beruang saat hendak melindungi dirinya. Anehnya, roh kakanya ini kemudian mengubah Kenai menjadi beruang. Nah hampir sepanjang film ini menceritakan perjalanan Kenai ketika sudah menjadi beruang.

Koda
Beruang imut yang lucu dan lincah ini menjadi sahabat Kenai. Koda hidup sebatang kara karena induknya dibunuh oleh seorang pemburu. Wah, ternyata si pemburu itu adalah Kenai. Nah, begitu tahu yang membunuh induknya adalah Kenai. Koda pun marah. Namun, saat jiwa Kenai terancam. Koda justru menyelamatkannya. Dari beruang kecil inilah Kenai kemudian memahami arti cinta dan persahabatan. Lalu, saat Kenai berubah kembali menjadi manusia ia memohon pada roh Sitka agar dirinya tetap menjadi beruang untuk menemai Koda. Huh, mengharukan.

Rutt dan Tuke
Dua rusa kutub inilah yang selalu bikin kita ketawa. Polah dan obrolan meraka sungguh menggelikan. Kegiatan mereka cuma makan, tidur dan bercanda. Dua saudara ini adalah binatang yang pertama kali dikenal Kenai. Karena takut pada pemburu (Denahi), mereka ikut bergabung dengan Kenai dan Koda. Mereka menaiki mamut alias gajah purba.

Denahi
Adik Sitka ini agak jahil. Ia suka menggoda Kenai. Denahi memiliki totem serigala, yang merupakan lambang kebijaksanaan. Karena itu Denahi selalu berusaha bersikap bijaksana, seperti makna totem miliknya. Nah, saat Kenai berubah menjadi beruang, Denahi mengira adiknya ini juga dibunuh beruang seperti kakaknya. Ia pun memburu beruang itu untuk membalas dendam. Nah lo, ia tidak tahu bahwa beruang yang diburu sebetulnya adiknya sendiri. Hmm Denahi kehilangan sifat bijaksananya.



 


 

Antara Bahasa Indonesia dan Malaysia, Ada yang sama, Ada yang beza



Suatu hari ada sebuah keluarga dari Indonesia berlibur ke Malaysia. Wah, tentu asik sekali. Baru pertama kali mereka melongok negara tetangga tersebut. Setelah naik pesawat dari Jakarta, mereka menginjakan kaki di Kuala Lumpur melalui KLIA (Kuala Lumpur Internasional Airport) yang mentereng itu. Dari KLIA, keluarga yang terdiri dari ibu, bapak, dan dua orang anak itu langsung menuju ke sebuah hotel di pusat kota.

Untung, keluarga itu punya kenalan baik di Kuala Lumpur yang bersedia mengantar ke sana kemari. Setelah beristirahat sejenak di hotel, mereka pun dijemput oleh sopir kenalannya itu.

"Selamat siang pak, saya diminta Pak Zahrul menjemput bapak dan keluarga." Ucap sopir lewat telepon.

"Oh terima kasih. Kami sudah siap." 

"Hari ini  Pak Zahrul mendadak ada rapat penting. That's why, Pak Zahrul meminta saya mengajak bapak dan keluarga pusing-pusing di Kuala Lumpur."

Sejenak si Bapak dari Indonesia terdiam. Ia merasa sehat dan segar. "Maaf saya tidak pusing-pusing pak." tuturnya kemudian agak bingung. Pak sopir juga kelihatan kaget.

Setelah beberapa saat bingung akhirnya si  Bapak dari Indonesia dan Pak sopir baru menyadari bahwa arti pusing-pusing ternyata putar atau keliling-keliling. Mereka tertawa berderai di telepon.

***
Begitulah uniknya bahasa Malaysia. Sekilas pintas bahasa Malaysia memang sama dengan bahasa kita, Indonesia. Eh namun ternyata ada perbedaannya di sana-sini. Selain ada perbedaan arti kata tertentu, pengucapan juga banyak yang berlainan. Lebih-lebih, bahasa Malaysia sangat dipengaruhi bahasa Inggris. Tak heran, banyak kosa kata Inggris atau ungkapan dalam bahasa Inggris yang hingga sekarang masih digunakan.

Teman-teman jangan bingung kalau ada beberapa kalimat dalam bahasa Malaysia yang berbunyi seperti ini:
  1. Pabrik beras itu ditubuhkan pada tahun 1973
  2. Dilarang masuk tanpa kebenaran.
  3. Buku ini dibagi secara percuma.
  4. Manusia dapat bermain-main dengan ikan paus yang mesra.
  5. Punggung saya sakit sekali.
  6. Anak itu suka naik basikal.
  7. Waktu kecil, Pak Mahathir pernah menjual belon.
  8. Kemerdekaan Tidak akan dikecapi tanpa perjuangan.
Dalam bahasa Indonesia, kalimat pertama diatas berarti bahwa pabrik beras itu didirikan pada tahun 1973.
Kalimat kedua berarti bahwa dilarang masuk tanpa izin. Kalimat ketiga berarti bahwa buku ini dibagi secara gratis. Kalimat keempat berarti bahwa manusia dapat bermain-main dengan ikan paus yang jinak. Kalimat kelima berarti bahwa pantat saya sakit sekali.Kalimat keenam berarti bahwa anak itu suka naik sepeda. Kalimat ketujuh berarti bahwa waktu kecil, Pak Mahathir pernah menjual balon. Kemudian kalimat kedelapan berarti bahwa kemerdekaan tidak akan dinikmati tanpa perjuangan.

Contoh kedelapan kalimat diatas menunjukan bahwa penggunaan dan arti kata dalam bahasa Indonesia dan Malaysia ada yang sama, ada yang beza. Lho kok beza? Memang, kata beda ditulis beza dalam bahasa Malaysia. Ucapannya pun juga tidak sama.

Berikut ini ada sejumlah kata dalam bahasa Indonesia yang ejaannya berbeda bila ditulis dalam bahasa Malaysia. Namun begitu, arti tetap sama.
  1. Bahwa (Bahawa)
  2. Baru (Baharu)
  3. Kue (Kuih)
  4. Laskar (Askar)
  5. Beda (Beza)
  6. Coba (Cuba)
  7. Karena (Kerana)
  8. Mau (Mahu)
  9. Oleh-oleh (Ole-ole)
  10. Rekan-rekan (Rakan-rakan)
  11. Realitas (Realiti)
  12. Resmi (Rasmi)
  13. Telivisi (Televisyen)
  14. Universitas (Universiti)
  15. Uraian (Huraian)
  16. Yaitu (Iaitu)                                                                                                                                       
Bagi orang Malaysia yang terbiasa dengan bahasa Inggris, mereka umumnya masih melafalkan atau mengucapkan kata -kata tertentu seperti layaknya ucapan dalam bahasa Inggris. Misalnya kata nasional diucapkan nesienel. Kemudian kata Ideologi diucapkan aidiyologi. Begitu pula kata televisi diucapkan televisyen.

Mereka memang tak bisa disangkal, pengaruh bahasa Inggris dalam bahasa Malaysia sangatlah besar. Seperti tadi telah disebutkan ada kata besikal dan belon. Ya kata-kata tersebut berasal dari bicycle dan ballon.

Begitulah sekilas tentang bahasa Malaysia yang tumbuh dan berkembang dari waktu ke waktu. Kalau suatu hari nanti teman-teman berkunjung ke Malaysia, pasti teman-teman tidak kesulitan untuk bercakap-cakap dalam bahas Malaysia. Eh, tetapi awas bahwa antara bahasa Indonesia dan Malaysia ada yang sama ada yang beza. Ya tulisannya, ya ejaannya, ya artinya.

Liburan Ke Bogor

Ini adalah ketika pengalamanku berlibur ke bogor, bersama ibu, bapak dan adik laki-lakiku...


Ibu, Fahman dan Aku
Zebranya deketin mobil


Sabtu, 22 Desember 2012

Malu No! Pede Yes!

Katanya kepengen menyandang status remaja kreatif dan gaul. Tapi giliran disuruh tampil di depan umum, hmm kamunya malah malu-malu dan gak mau. Hei udah saatnya kita berubah.
    Rasa malu bisa menyerang siapa aja, biasanya rasa malu terjadi kareana seseorang merasa dirinya kurang dari orang lain. Rasa malu juga bisa terjadi karena rasa takut yang berlebihan, dan tipe yang seperti ini yang bikin seseorang selalu ngumpet dari berbagai masalah termasuk masalah pertemanan. Ngak jarang orang yang pemalu endingnya bakal di cap kuper ato yang terparahnya menyandang predikat nerd (aneh).
    Orang yang punya rasa malu sih sebenarnya fine-fine aja, itu berarti orang tersebut masih memiliki naluri kemanusiaan. Tapi kalau kadarnya berlebihan alias malu kuadrat, dijamin akan mengalami banyak kerugian. Ruginya banyak loh, rugi karena kehilangan semangat hidup, hilang kesempatan jadi yang pertama, terkucil dari pertemanan, sering menimbulkan pikiran negative dan yang paling mengerikan adalah kurangnya ngerasain segala hal fun-fun yang seharusnya bisa kita dapetin dari banyaknya teman.
    Buat kita yang masih tergolong teenage, rasa malu Cuma bikin kita dikucilin dalam pergaulan. Orang yang minder dari pergaulan tidak dianggap sebagai anak yang gaul. Kebanyakan remaja, selalu ngartiin anak gaul adalah anak yang banyak teman dan selalu aktif dalam kegiatan sekolah. Nah udah saatnya deh rasa malu yang berlebihan ini kita atasin.

Kimoi

“Kimoiiiii…”
    Apalagi nih artinya? Di kamus yang dijual di toko-toko juga kata ini gak tercantum. Panteslah ini memang kata terbaru yang ngetrend di Jepang. Sebenarnya itu perpaduan dari kata kimochi (perasaan) dan warui (buruk/jelek).
    Jadi arti kata kimoi ini mungkin sama dengan “nyebelin ihh”, “ngeselin, ihh”, “ngak suka ah” dan semuanya yang membuat perasaan kita gak nyaman. Tapi.. jangan sering bilang “kimoi” deh apalagi sama orang tua dan guru. Ntar semuanya jadi gak asik. Nah ini ada dua contoh pemakaian kata kimoi.
Ulfah   :”Hmm kimoi!” (Hmm ihh aneh) bentuk atau baunya gak sreg di hati.
Fahman   :”Nande chotto dake tabeteyo” (Kenapa? Coba  deh cicip sedikit)
Ulfah   :”Iya, arigato!” (Ngak  makasih).
Fahman   :”Ano hito wa ne, kimoi” (orang itu nyebelin deh).
Ulfah   :”Ee… doshite?” (Loh kenapa)
Fahman   :”Chotto yoku uso wo tsuku.” (Sering bohong).

Dewa Dewi Penguasa Planet

Merkurius, Venus, Bumi, Yap kamu pasti hafal nama-nama planet dalam tata surya kita. Tapi, tahu ngak ternyata nama-nama planet itu diambil dari nama dewa-dewi romai dan yunani. Mau tahu lebih banyak tentang mereka? Yuk kita lihat.

Merkurius, Dewa Pembawa Pesan
    Kalau kamu ingin mengirim pesan kepada para dewa, panggilah dewa Merkurius. Dia bisa mengirimkan pesan secepat kilat, karena punya sandal terbang yang disebut talaria. Dia juga memakai topi terbang yang diberi nama petasus. Pesan-pesan yang diantarkannya termasuk juga pesan rahasia. Makanya, Merkurius ditemani seekor ular yang selalu melindunginya dalam perjalanan.
Venus, Dewi Kecantikan
    Kenal Cupid, sinakal yang selalu membawa panah cinta kemana-mana kan? Nah, itu itu Cupid bernama Venus. Venus adalah dewi utama mitologi Romawi. Dan dialah dewi cinta dan kecantikan yang punya senyum menawan. Pantas dong, kalau banyak dewa yang jatuh cinta kepada Venus. Sssttt, diam-diam Venus juga punya hubungan husus  dengan Mars. Si dewa perang (-_O)
Gaea, Dewi Bumi
    Menurut mitologi, Gaea adalah dewi bumi. Gaea memang dewi yang luar biasa, hadir untuk bumi dan hadir sebagai ibu yang bijaksana. Gaea adalah Titan alias generasi dewa pertama. Mitologi Romawi menyebutnya Terra, dari bahasa Latin yang berarti bumi.
Mars, Dewa Perang
    Awalnya, Mars adalah dewa pertanian dan kesuburan. Makanya kita mengenal bulan Maret (March) yang merupakan awal musim tanam di Romawi. Tapi, kemudian Mars diangkat sebagai dewa perang sejajar dengan Ares, dewa perang dalam mitologi Yunani. Sebagi dewa perang, Mars dilukis oleh para seniman dengan gagah. Dia memakai pakaian prajurit dan mengenakan helm besi.
Jupiter, Dewa Para Dewa
    Menurut mitologi Romawi, Jupiter alias Jove aalah raja para dewa dan penguasa jagat raya. Dia punya kekuatan untuk menguasai langit, termasuk mengirimkan halilintar. Kekuatannya sama dengan Zeus dalam mitologi Yunani. Jupiter menikahi Juno, ratu para dewa sayang pernikahan mereka berantakan, karena Jupiter sering bertindak seenaknya sendiri.
Saturnus, Dewa Kesuburan
    Saturnus termasuk dewa generasi pertama dalam mitologi Romawi. Dia diangkat sebagai dewa kesuburan dan pertanian. Memang, identitas Saturnus tidak jelas. Menurut mitologi Romawi, Saturnus adalah suami Ops, dewi kesuburan dan dewi gandum. Orang-orang Romawi menghormati Saturnus dengan mengadakan festival tahunan yang disebut Saturnalia.
Uranus, Dewa Langit
    Awalnya, Uranus adalah dewa langit dalam mitologi Yunai dan Romawi. Dia adalah salah satu sumber cerita terpisahnya langit dan bumi. Ceritanya, Uranus adalah suami Gaea, dewi bumi. Dia berusaha memisahkan  anak-anaknya dari Gaea. Gaea tentu saja tidak terima, lalu membantu Cronus menyerang Uranus selagi tidur.Uranus dan Gaea akhirnya bermusuhan. Sejak berpisah dengan Gaea, tugas Uranus sebagai Uranus sebagai dewa langit digantikan Zeus (versi Yunani), atau Jupiter (versi Romawi).
Neptunus, Dewa Penjaga Lautan
    Neptunus aliasNeptune, adalah dewa penjaga lautan. Dia bisa menciptakan maupun menenangkan badai dahsyat di lautan. Dia juga berkuasa atas gempa bumi pengguncang dunia. Neptunus menikahi Amphitrite, si putrid duyung. Mereka mempunyai anak bernama Triton yang setengah manusia, setengah ikan.
Pluto, Dewa Kematian
    Pluto adalah dewa kematian. Orang-orang romawi kadang-kadang memanggilnya Dis Pater atau Orcus. Pluto bisa disamakan dengan dewa kematian orang-orang Yunani, Dewa Hades. Planet Pluto memang pas disamakan dengan dewa Pluto karena tempatnya  paling jauh, gelap, dan dingin. Cocok sebagai tempat berkumpulnya jiwa-jiwa sesudah mati.

Holiday Destination Home Sweet Home

Terperangkap di dalam rumah waktu liburan? Basi banget deh. Eitts tenang liburan di rumah gak seburuk itu kok. Asal kita tahu caranya memanfaatkan setiap sudut rumah, liburan pun bisa jadi menyenangkan.

Sudut 1: Ruang Keluarga
    Kalau hari biasa semua penghuni rumah sibuk dengan urusan masing-masing. Liburan ini saatnya kita ngumpul bareng ortu, kakak, atau adik tercinta. Di ruang keluarga, kita bisa bikin kegiatan bareng mulai dari curhat, main monopoli, sampai bikin movie night dengan tema yang berbeda-beda tiap harinya. Siapa tahu aja setelah ngobrol bareng mamah papah keinginan kita buat beli hp baru bisa terkabul. Hehe…

Sudut 2: Dapur
    Sekarang saatnya main bareng mama, curi ilmu sebanyak-banyaknya dengan masak bareng. Mengenal berbagai jenis bumbu atau masak buat sekeluarga pasti asyik. Selain tambah lengket sama mama. Kita juga bikin beliau senang dengan membantunya di dapur. Mau lebih menangtang? Coba browsing resep cupcake, brownis, cookies dll di internet terus dipraktekin. Kalau hasilnya oke bisa dijual ke tetangga dan jadi duit deh.

Sudut 3: Halaman
    Camping di halaman rumah bareng keluarga atau soba bisa jadi alternative kegiatan kita di rumah. Dirikan tenda dan buat barbeque kecil-kecilan sambil menikmati alam.

Kimchi

“Ra, jangan lupa bawakan aku jepit-jepit rambut yang bagus ya!” Kata Loly dari sebrang telepon genggamnya. “Eh aku juga lho Ra. Belikan boneka yang lucu ya!” suara Sisca di belakangnya. “Ya deh, nanti aku bawakan.” Jawabku kepada kedua sahabatku itu.
    Matahari menyengat saat aku keluar dari gerbang Kedutaan Republik Korea, bergegas kulambaikan tangan kearah taksi putih yang lewat. Pulang, itulah kata yang paling tepat karena visa sudah kudapat dan lusa berangkat ke Korea. Bersama empat orang mahasiswa lainnya, aku mendapat beasiswa untuk melakukan studi persahabatan selama sebulan di Negeri Gingseng itu. Seluruh keluarga menyambut gembira kesempatan yang kudapat.
    Sore itu kami sudah di bandara, pesawat akan berangkat dua jam lagi. Selain aku dari Jakarta, ada Tari dari Bandung, Bambang dan Tina dari Semarang, serta Lana mewakili Lampung. Angin musim semi menyerap saat kami mendarat di bandara Incheon. Korea Selatan. Seorang pemuda Korea memperkenalkan dirinya sebagai mahasiswa Jurusan Asia di sebuah universitas negeri Korea, dalam bahasa Indonesia yang fasih. Bola mata pemuda itu menatapku tajam dan meski hanya sekian detik saja, sudah membuat jantungku berdegup. Dalam hati aku bergumam, lumayan juga, mirip actor Hongkong pujaanku Andi Lau, tubuhnya juga sangat atletis. Tina terbahak saat kubisikan hal itu di toilet bandara. Di dalam mobil, Kim Sing Ki demikian nama pemuda itu, bilang bahwa aku akan tinggal di rumahnya selama berada di  Korea. Dari ujung bangku Tina mesam-mesam melirikku.
    Kami berlima tinggal terpisah di lima kota kecil yang jaraknya saling berdekatan. Keluarga Sing Ki tinggal di desa Gosan Iri di Kota Kwang-ju. Orang tuanya memiliki lima anak, Sing Ki bungsu dan belum menikah. Karena hidup sebagai petani sederhana, Sing Ki giat belajar untuk mendapatkan beasiswa di Indonesia dengan harapan suatu hari bisa bekerja di salah satu perusahaan Korea di Indonesia. Hari pertama tidak ada hal yang istimewa kecuali aku harus terus menerus disuguhi makanan khas Korea. Aku menyukai asinan sawi putih yang pedas dan belakangan baru aku ketahui namanya adalah Kimchi.
    Selama tinggal di keluarga Sing Ki, hampir semua makanan yang disuguhkan mengandung daging sapi. Makanan pagi dengan sup Denjang. Makan siang dengan Kalbi. Makan malam dengan Bulgogi. Pagi itu sebelum berangkat ke kota, ibu Sing Ki membuat sup rumput laut dengan irisan daging. Dan aku hanya menyantap kue ketan putih saja. Diam-diam pula Sing Ki rupanya selalu mencuri pandang kepadaku dan itu tidak sengaja kupergoki.
    “Gamsa Hamnida Ommoni!” ucapku berterima kasih sambil membungkukan badan.
    “Silahkan dimakan Ira!” kata Sing Ki sambil menyodorkan mangkuk berisi kimchi.
    “Oh ya terima kasih.” Jawabku tersipu.
    “Oh ya Ira apa kamu mau saya ajak jalan-jalan ke pusat desa kami? Ajak Sing Ki seusai makan.
    “Boleh juga, apa tidak merepotkan?”
    “Aku tidak masalah. Oke besok kita pergi ke kota jam 10 pagi.” Kata Sing Ki.
    “Ya jam 10.” Jawabku.
    Langit musim semi terlihat cerah saat bis yang kami tumpangi melewati jalan-jalan pedesaan, terlihat bunga-bunga Krisan dan Daisy bermekaran, indah sekali. Tidak sampai setengah jam, kami pun tiba di  kota yang penduduknya kebanyakan tak bisa berbahasa asing. Kami mengunjungi masjid kecil satu-satunya di kota itu. Lelah berjalan, kami mampir di kedai minuman dan Sing Ki memintaku untuk menunggunya di kedai itu sementara dia akan menajak temannya. Sudah hampir satu jam tapi Sing Ki belum kembali. Bosan menunggu, aku pun jalan-jalan di sekitar kedai dan karena mulai lapar, aku bertanya pada pegawai pom bensin, dimana ada restoran ayam siap saji. Melihat pegawai pom bensin itu bingung menjawab. Aku coba bahasa isyarat dengan mengepakan kedua lenganku seperti ayam dan berkata “Chicken”. Tapi kelihatannya ia tak mengerti yang kumaksud. “Aduh Sing Ki kemana sih?” kesalku dibuatnya.
    Jam ditanganku sudah menunjukan pukul duabelas. HP-ku tertinggal di kamar saat pergi, jadi aku tak bisa menghubungi Sing Ki, dan demikian sebaliknya. Saat aku putus asa, lewat dua orang wanita yang bisa berbahasa inggris, meski sedikit. Mereka tahu restoran yang menjual masakan dari ayam di pojok jalan itu dan mengajakku makan bareng. Ternyata ayam goreng itu disajikan hanya dengan daun kol serta garam. Heh kenapa hanya garam? “Mana saus tomatnya? Tanyaku pada kedua teman baruku. “No… no… no… this is Korean Chicken.” Kata mereka tersenyum.
    Akhirnya aku pulang ke rumah Sing Ki naik bis. Cowok itu meminta maaf karena harus ke rumah sakit mengantar temannya yang kecelakaan. Ia lupa bahwa aku menunggunya di kedai. Seluruh keluarganya meminta maaf dan saat kuceritakan bahwa aku mencari restoran ayam, malam itu juga keluarga Sing Ki mengajakku makan di restoran yang punya menu khas ayam: ada ayam goreng, sup ayam, ayam teriyaki, semuanya serba ayam pokoknya. Lagi-lagi Sing Ki menyodorkanku kimchi dengan sedikit memaksa. Ia tahu kalau aku sangat menyukai kimchi.
    “Ira seminggu lagi kamu akan kembali ke Indonesia. Tetapi aku belum mengajakmu ke Folk Village.” Katanya saat kami duduk dibawah pohon ceri di teras rumahnya sore itu.
    “Memangnya ada apa disana?”
    “Kamu bisa melihat kehidupan orang Korea masa lalu disana juga ada restoran yang enak-enak.”
    “Kalau tidak merepotkan aku mau kok diajak kesana.” Kataku.
    “Benar Ra? Kamu sudah tak marah lagi kepadaku?”
    “Aku bahkan lupa.” Kataku sambil mengacungkan jari kelingkingku.
    Tiba-tiba ada perasaaan aneh saat jari kelingking kami bersatu, tanda berbaikan. Matanya yang teduh seakan penuh harapan. Ah mata itu kenapa selalu memandangku seperti itu. Seperti ada yang ingin disampaikan.
    Saat di Folk Village ada peristiwa yang tidak bisa kulupakan. Sing Ki sempat merangkul pundaku. Tubuhku sedikit gemetar karena dinginnya aning. Kepalaku bersandar di dadanya, hangat. Tapi kecupannya di dahiku terasa lebih hangat. Aku tak sanggup berkata-kata. Sampai di rumah, kami lebih banyak diam. Aku tidur lebih awal, membawa mimpi-mimpi indah di Folk Village . Rasanya waktu cepat berlalu dan lusa aku harus kembali ke Indonesia. Hari itu akhirnya tiba dan kami berlima berlinang air mata meninggalkan keluarga Korea yang ramah. Ibu Sing Ki membawakanku dua wadah besar Kimchi buatannya. Tak terasa tanganku masih dalam genggaman Sing Ki, seolah ia tak mau melepaskannya meski hanya sesaat.
    “Sing Ki, pesawat kami sebentar lagi akan berangkat, apa Ira tidak boleh pulang?” goda Tina melihat kedekatan kami. Sadar dengan kata- kata Tina, Sing Ki pun perlahan melepaskan gengamannya dengan tersipu.
    “Eh ini tadi Ira kedinginan”. Ucap Singki beralasan.
    “Jangan lupa kimchinya ya Ra.” Seru cowok bermata teduh itu.
    “Ya” jawabku sambil melambaikan tangan.
    Pesawat garuda GA220 pun membawaku kembali ke Indonesia. Semangkuk kimchi telah membenamkanku ke dalam cinta seorang nun jauh di seberang lautan.

Giliran Belajar Di Rumah Elis

Siang itu amat terik. Elis mengambil kunci dari tas sekolahnya. Lalu membuka pintu kamar kontrakan. Kamar, bukan rumah! Orang tua Elis hanya sanggup menyewa satu kamar berukuran 3X3 untuk tempat tinggal mereka.
    Di dalam tampak sebuah kasur berlapis seperai batik. Lalu ada sebuah keranjang untuk tempat pakaian, sebuah kompor minyak tanah, sebuah panic, sebuah kuali dan sodetnya, beberapa piring, sendok, gelas, dan sebuah ember. Itulah perabotan keluarga Elis. Oh ya, ada tempat nasi dan sebuah rantang susun, karena ibu telah menyediakan makanan untuk Elis.
    Elis masuk dan meletakan tasnya di lantai. Duduk di tepi kasur, dan membuka rantang susun. Ada sayur asam, tahu, tempe, ikan jambal asin dan sambel.
    Hati Elis tiba-tiba kembali gundah. Terngiang percakapannya tadi dengan kawan-kawan kelompok belajarnya: Rina, Yeti, dan Dona.
    “Sudah tiga kali kita belajar bersama. Sabtu besok giliran di rumah kamu ya Elis. Yang lain sudah dapat giliran.!” Kata Rina.
    “Maaf, rumahku amat sempit. Kalau bisa, di tempat lain saja!” Elis tidak bisa membayangkan kalau mereka sampai datang ke rumahnya yang sangat sempit.
    “Tidak apa-apa. Rumahku juga kecil kok.” Kata Dona
    “Sudahlah pokoknya nanti hari Sabtu kita belajar di rumah Elis. Masa sih kita tak boleh ke rumahmu?” Rina, sang ketua kelompok memutuskan.
    “Elis merendah saja. Pasti rumahnya bagus. Lihat saja seragamnya bagus, sepatunya bermerek dan tas sekolahnya mahal!” kata Yeti.
    “Kalian salah. Ibuku Cuma pembantu rumah tangga. Uang yang kupakai ini adalah hadiah dari majikan ibu. Anak Pak Budiman, Siska. Sebaya denganku. Jadi kalau Siska dibelikan sesuatu, aku suka diberi juga.” Elis menjelaskan. Tapi penjelasannya tidak mengubah tekat kawan-kawannya.
    Sekarang, Elis termenung sendiri di kamar kontrakannya. Ibu belum pulang. Ibu jadi pembantu di rumah keluarga Budiman, rumah besar tak jauh dari deretan kamar kontrakannya. Bapak juga bekerja di  sana jadi satpam. Jadi kalau malam Bapak tidur di pos jaga rumah bos, Ibu serta elis tidur di kamar kontrakan mereka.
    Sore hari ibu pulang. Elis langsung menceritakan masalahnya.
    “Biar nanti ibu kosongkan kamar ini dan gelar tikar. Barang-barang kita titipkan di rumah Pak Min!” kata ibu. Pak Min adalah pemilik kamar kontrakan.
    “Terima kasih bu. Untung ibu banyak akal. Kita suguhkan kue dan minuman ya bu. Di rumah lain juga begitu.” Kata Elis.
    “Sekolahmu kan tidak begitu jauh. Lebih baik kalian datang langsung dari sekolah saja. Nanti ibu sediakan makan siang.” Kata Ibu.
    “Aaah, ibu biayanya kan besar. Lagi pula piring dan gelas kita mana cukup.” Kata Elis.
    “Uang ibu cukup kok. Masalah piring soal mudah. Ibu bisa pinjam sama tetanggaa. Kita disini sudah biasa kan tolong-menolong.” Kata ibu.
    Akhirnya tiba juga hari Sabtu. Berkali-kali Elis menjelaskan bahwa mereka akan belajar lesehan di lantai dan makan-makan sederhana. Juga kalau mau pipis harus ke WC umum. Namun ketiga temannya tetap saja bersemangat datang.
    Setiba di kamar kontrakan, ternyata ada ibu.
    “Mari masuk, anak-anak. Terima kasih mau datang ke kamar kontrakan kami yang sempit.!” Sambut ibu.
    Elis terbelalak ketika melihat ruangan sudah kosong dan bersih. Diaatas tikar sudah tersedia nasi, sayur lodeh, ikan goreng, dan tempe bacem. Juga es buah. Piring dan gelasnya juga bagus-bagus. Bahkan tersedia mangkuk kobokan yang diberi jeruk limau dan serbet makan.
    “Wah lezat benar. Memangnya Elis ulang tahun ya bu?” Tanya Yeti.
    “Oh tidak, Cuma ini kok yang bisa ibu sediakan. Ayo cicipi.” Kata ibu riang. Anak-anak itu makan dengan lahap.
    “Kamu benar-benar tinggal disini?” Tanya Rina mengaskan. Elis mengangguk.
    “Aduh maafkan kami ya.”
    “Ah tidak apa-apa. Kami senang kalian mau datang.”
    “Kalau sduah makan kita pindah ya ke tempat majikan ibu. Keluarga Budiman sedang pergi ke puncak. Ibu sudah minta ijin dan kalian boleh belajar disana. Lebih nyaman karena ada meja dan bangku.” Kata ibu.
    Setelah makan mereka pergi ke rumah majikan ibu. Halamanya luas, rumahnya juga besar. Anak-anak duduk di ruangan mewah dengan meja dan bangku yang indah. Ada pot porselen berisi tanaman hias di sudut-sudut ruangan. Sebuah piano dan akuarium ikan warna juga menghias ruangan.  
    “Majikan ibu kaya dan apik sekali.” Kata Rina.
    “Iya kami bersyukur sekali. Tuhan sangat baik. Walaupun tinggal di kamar sempit. Tapi kami tak pernah kekurangan. Kadang-kadang aku belajar disini. Kalau Siska kesulitan membuat PR Matematika. Aku dipanggil untuk mengajarkannya.” Kata Elis.
    “Wah ada guru kecil nih.” Goda Yeti. Anak-anak pun tertawa.
    “Tapi, lain kali kita tidak bisa belajar disini. Ini kebetulan saja kalau kalian mau datang ibu harus menitipkan barang dulu.”
    “Aku mengerti. Biar rumah kami bertiga yang mendapat giliran.” Kata Rina.
    “Omong-omng kalu dilihat dari penampilan kamu pantas lho tinggal di rumah besar dan mewah ini.” Kata Dona
    “Kamu tampak rapi, berih dan sehat.”
    “Ibu bilang walaupun tinggal di tempat kumuh, kita harus bisa hidup bersih.” Kata Elis.
    “Sudah-sudah, ayo belajar. Ngobrol saja kapan mulai belajarnya.” Tegur Rina, sang ketua kelompok.
    Anak-anak mulai sibuk belajar. Elis merasa lega karena satu masalah diselesaikan dengan baik. Sekarang pastilah ibu sibuk mengangkut kasur dan barang-barang. Juga mengembalikan piring, sendok , dan gelas pinjamannya. Elis merasa makin saya pada ibu. Ibu memang hebat.

Zodiak Si Dia

Adis duduk termenung di kantin sekolahnya. Duduk diam sambil memainkan baksonya yang sekarang sudah mangkak. Adis lagi sebal sama Rio pacarnya.
    Menurut Adis, Rio itu gak tau gimana cara memperlakukan cewek dengan baik dan benar. Rio ngak pernah membelai kepala Adis saat Adis lagi sedih. Rio juga gak pernah kasih surprise apapun buat Adis. Padahal mereka sudah 6 bulan pacaran.
    “Dis, kenapa lo diem aja. Baksonya udah gak karuan tuh.” Rena sahabat Adis menghampiri.
    “Kepikiran Rio nih. Capek gue jadian sama dia. Dia tuh gak ngerti cara memperlakukan cewek dengan baik dan benar… parah.” Adis ngedumel.
    “Dis, cowok kan punya caranya masing-masing untuk menunjukan sayangnya. Lo gak bisa mematok kalo semua cowok harus berlaku sama.”
    “Huh dari pertama jadian gue udah ragu. Soalnya bintang gue itu Sagitarius dan dia Cancer. Aduh Ren, itu tuh tolak belakang abis. Tau gak.”
    “Lah? Apa hubungannya ama masalah lo sekarang?” Rena mulai bingung.
    “Lo gak tau apa? Menurut ramalan bintang, jadi yang namanya sagitarius itu paling gak cocok sama bintang Cancer. Jadinya kalau pacaran itu bakal susah. Huh mestinya gue sadar dari awal biar gak kejadian begini.” Adis menghela napas.
    “Yaampun Adis! Lo percaya sepenuhnya sama begituan?”
    “Ih, percaya gak percaya. Buktinya sekarang hubungan Sagitarius sama Cancer emang gak berjalan dengan mulus kan? Berarti ramalan bintang itu bener dong. Cancer sama Sagitarius itu emang enggak cocok.” Adis berusaha meyakinkan Rena.
    “Enak aja. Ngak segitunya juga. Buktinya bintang gue Pisces, cowok gue si Vido Sagitarius. Bukankah itu juga harusnya gak cocok? Tapi, kok gue pacaran dua tahun gak bubar-bubar?”
    “Ah gak tau deh, yang pasti Sagitarius sama Cancer ngak cocok. Huh harusnya gue pilih Fedric ya, bintangnya kan Leo cocok banget tuh sama Sagita.”
    “Idih lo taro dimana otak lo? Milih Fedric? Ih gue sih mendingan ambil Rio kemana-mana. Biar kata Rio cuek-cuek gitu, Rio orangnya baik enggak kaya Fedric si tukang gombal itu.”
    “Ah puyeng ah. Pokoknya Sagitarius sama Cancer gak cocok. Titik.” Adis mengambil konklusi untuk pembicaraannya dengan Rena, yang sebenarnya tidak jelas kebenarannya.
    Sepulang sekolah Rio sudah menunggu Adis di depan pintu kelasnya. Sementara Adis yang masih bête sama Rio, seakan-akan tidak mempedulikan kehadiran Rio.
    “Dis kenapa sih lo? Dari kemarin gue dicuekin?”
    “Ngak ada apa-apa.” Adis menjawab Rio dengan singkat.
    “Tuh kan, selalu saja begini. Kenapa sih lo ngak pernah mau bilang ke gue apa yang lo rasain? Gue jadi kambing congek yang gak tau apa-apa tentang cewek gue.” Rio terdengar putus asa menghadapi sikap Adis.
    “Mendingan sekarang lo omongin semua yang lo rasain dan kita selesaikan semuanya disini sekarang juga!” Rio menarik tangan Adis menuju lorong samping kelas.
    Adis mulai was-was.
    “Selesain semuanya disini.” Apa maksudnya? Apa mungkin Rio minta putus?
    “Ayo! Ngomong Dis! Gue bakal denger semuanya.” Nada bicara Rio setengah membentak. Membuat Adis semakin takut bicara.
    “Guee… sebel….” Adis terbata-bata.
    “Lo gak pernah nunjukin sayang lo sama gue. Lo gak pernah belai kepala gue ssaat gue sedih. Biar gue ngerasa tenang. Lo juga gak inget sama tanggal-tanggal penting kita. Waktu kita pertama kali satu bulanan, lo juga gak inget sama sekali. Gue gak suka kalao lo kaya gitu. Gue mau lo lebih perhatian.” Adis bicara terputus-putus. Matanya mulai mendung. Sama sekali gak berani untuk menatap wajah Rio.
    Sepertinya Rio marah dan gak suk, pikir Adis dalam hati.
    “Begini maksudnya?” Rio mengusap kepala Adis dengan lembut. Adis kaget setengah mati. Ternyata Rio sama sekali tidak marah. Malah Rio mendengarkan Adis sepenuh hati.
    “Makasih ya, Dis. Lo udah mau ngomong semuanya. Sekarang gue jadi  tau apa yang harus gue ubah. Maklum, lo cewek pertama gue, jadinya gue tau apa yang harus gue lakuin.” Wajah Rio mulai memerah.
    Adis hanya bengong dan tersenyum simpul melihat wajah cowoknya yang berubah 180 derajat kemudian memeluknya.
    “Ciee yang lagi hot-hotnya hahaha”
    Rena dan Vido mengintip dari pinggiran tembok dan menyaksikan semuanya dengan sempurna.
    “Rena! Kurang ajar lo ngintip ya?”
    “Abis gue penasaran sama lo. Gimana kisah Cancer dan Sagitarius sekarang? Ngak cocok ya?” Rena menggoda Adis.
    “Sekarang Cancer dan Sagitarius udah jadi pasangan yang plaing bahagia sedunia. Hahaha.” Adis tertawa bahagia.

Uang Dalam Jaket

Uang Dalam Jaket
    Kring bel sekolah berbunyi. “Ganti baju!” teriak Kiria girang. Dia memang sangat menyukai pelajaran olahraga. Soalnya mereka bisa keluar dari kelas setelah terperangkap didalamnya selama berjam-jam.
    Kiria berlari memasuki ruang ganti baju perempuan diikuti dengan murid-murid perempuan yang lain.
    “Lili kamu yakin mau ikut olahraga?”
    Kiria mendengar salah satu teman sekelasnya berkata. Kiria menoleh. Tampak Lili yanga agak pucat dan memakai jaket sedang bicara dengan Lidya.
    “Aku enggak apa-apa kok. Sudah mendingan. Daripada bosan sendirian, aku mau ikut olahraga saja.” Sahut Lili mantap.
    “Oke tapi jangan capek-capek ya. Kamu istirahat di pinggir lapangan nanti.” Sahut Lidya lagi dengan penuh perhatian.
    Lili mengangguk. Dia kemudian melepaskan jaketnya dan mulai berganti baju.
***
    “Masukkkk.” Kiria melompat kegirangan saat dia berhasil mendapatkan angka untuk pertandingan voli yang sedang dia lakukan. Bersamaan dengan itu Pak Guru meniupkan  peluit. Tanda pertandingan usai. Kiria pun berjalan ke tepi lapangan. Karena dia kini sudah “bebas tugas”. Giliran kelompok lain yang harus bermain voli.
    “Kiria” terdengar suara panggilan. Kiria pun menoleh ternyata Luna dan Ota menghampirinya.
    “Lho, kok kalian keluar kelas?” Tanya Kiria heran.
    “Iya pelajaran kami kebetulan kosong.” Sahut Ota mewakili kakaknya.
    “Kamu kembali ke ruang ganti saja, Lili, kalau kamu masih pusing.”
    Seketika Kiria, Ota, dan Luna menoleh . Tampak wajah Lili semakin pucat. Lidya menuntunnya masuk ke ruang ganti kembali.
    “Kenapa dia? Tanya Luna.
    “Enggak enak bada dari pagi kayaknya.” Sahut Kiria.
    Luna mengangguk-angguk mengerti.
    “Kita ke kantin yuk sekarang!” ajaknya kemudian.
    Kiria dan Ota langsung mengangguk setuju.
***
    Selesai dari kantin, Kiria, Ota dan Luna hendak kembali ke lapangan olahraga. Saat itulah mereka mendengar keributan. Murid-murid kelas Kiria berkerumun. Mengerumuni Lili.
    “Uang itu masih ada sebelum kita ganti baju! Aku sangat yakin” Lili tampak menangis.
    “Uang?” Kiri bertanya pada dirinya sendiri dengan heran. Dia kemudian menghampiri Lili, diikuti oleh Luna dan Ota.
    “Ada apa sih?” Tanya Luna ingin tahu.
    “Uangku hilang di ruang ganti. Padahal uang itu untuk membayar kursus komputerku! Gimana dong? Mama pasti marah banget kalau tahu aku menghilangkannya.” Jelas Lili dengan mata berkaca-kaca.
    “Aaah kita gak perlu Tanya-tanya lagi. Sudah jelas kok siapa yang mengambil.” Tiba-tiba saja Lidya berkata dengan penuh keyakinan.
    Semua menatap Linda dengan penuh tanda Tanya.
    Lidya menatap tajam kepada Kiria. “Pasti Kiria! Dia kan yang pergi meninggalkan lapangan di tengah pelajaran berlangsung. Cuma dia yang punya kesempatan mengambil uang itu.”
    Kiria terbelalak kaget sekali. “Jangan sembarangan menuduh. AKu pergi ke kantin. Mana mungkin aku mengambil uang Lili? Luna dan Ota jadi saksi.”
    “Bisa saja mereka kamu ajak kerjasama.” Sahut Lidya yakin.”
    “Aku rasa kamu gak boleh menuduh sembarangan seperti itu.” Luna tiba-tiba menegahi. “Kiria memang meninggalkan lapangan saat olahraga. Tapi bisa saja uang itu sudah hilang sebelumnya. Bisa saja uang itu diambil oleh oran gyang keluar paling terakhir dari ruang ganti.”
    Semua langsung terdiam. Menyadari kebenaran kata-kata Luna.
    “Hayoo! Siapa yang keluar paling terakhir dari ruang ganti?” Tanya Lidya lagi.
    “Aaaaku.” Hilda anak yang paling pemalu.
    Lidya langsung membelalak menuduh. “Kalau begitu enggak salah lagi kamu pasti yang mengambil uang Lili. Ayo cepat kembalikan! Berani-beraninya kamu mengambil uang dari jaket Lili.”
    Hilda membelalak dan menggelengkan kepalanya. “Aku gak ngambil sungguh.”
    “Jangan bohong!” Lidya terus menuduh.
    “Hilda tidak bohong. Tapi kamu yang bohong.”
    Lidya terkejut.
    “Kamu yang mengambil uang itu kan? Karena Cuma kamu yang tau kalau uang itu berada di dalam jaket Lili. Padahal tadi Lili tidak bilang dimana dia menaruh uangnya.”
    Lidya tampak terperangah. Seketika itu juga Lidya menyadari kesalahannya.
    “Lidya aku benar-benar gak nyangka. Kamu kan sahabat aku.” Lili menatap Lidya dengan kecewa.
    Lidya menunduk dengan wajah pucat.
    “Hihi rasain.”
    Semua langsung menoleh. Ternyata Ota sedang tertawa sendirian.
    “Ssst kamu ngapain sih?” Luna berbisik mengomeli adiknya.”
    “Oh maaf maaf.” Ota memandang berkeliling dengan tampang bersalah karena karena dia memecah perhatian. “
    “Kita temui pak Guru saja untuk minta pertimbangannya.” Usul Hilda.
    Semua mengangguk setuju. Sementara Lidya hanya bisa menunduk dengan wajah se

Nenek Sali

Nenek Sali   
       Siang hari itu langit terlihat mendung; Aku melangkah ringan sembari melihat pemandangan suasana pedesaan. Di kanan kiri jalan Nampak sawah-sawah dengan padi yang mulai menguning. Sedangkan di kaki langit terlihat pegunungan biru yang diselimuti arak-arakan sawah. Ini hari kedua aku berlibur di rumah kakek dan nenek. Kali ini aku terpaksa sendirian. Kak Ria, kakakku tidak bisa ikut karena harus mengikuti les persiapan UN.
    Namun, beberapa saat kemudian gerimis mulai turun. Aku segera berlari pulang menuju ke rumah kakek. Namun di tengah jalan hujan turun dengan lebat. Aku terpaksa berteduh dibawah pohon besar.
    Aku melihat seorang nenek duduk di teras rumah tersebut. Ia memandang ke arahku dan tersenyum. Aku pun membalas senyumnya. Lalu ia melambaikan tangan memanggilku. Wah, kebetulan. Aku segera berlari menuju rumah itu.
    “Kok hujan-hujan? Kamu pasti bukan anak desa sini ya? Siapa namamu?” Tanya nenek itu.
    “Iya nek. Saya cucu kakek Atmo. Nama saya Rani.” Jawabku sambil mengigil kedinginan.
    “Oh cucu pak Atmo. Beliau amat ramah. O ya, panggil saya nenek Sali. Ayo masuk saja. Kamu pasti kedinginan.” Kata nenek Sali.
    “Mbok Surti tolong buatkan teh hangat. Ada tamu!”
    Nenek Sali menggandengku masuk ke dalam rumah. Tidak berapa lama mbok Surti keluar menghidangkan teh hangat dan makanann kecil. Mbok Surti juga membawakan handuk, untuk mengelap badanku.
    Sambil menikmati teh hangat dan makanan kecil, kami pun berbincang-bincang. Ternyata nenek Sali hidup sebatang kara. Ia hanya ditemani mbok Surti, pembantu setianya. Suaminya telah meninggal lima tahun yang lalu. Ia tidak punya anak maupun sanak sodara. Menurutnya dulu ia pernah mengangkat anak yang diambil dari panti asuhan. Namun beberapa tahun kemudian anak angkatnya meninggal dunia. Karena sakit leukemia.
    Kulihat nenek Sali menitikan air mata.
    “Nek Sali jangan sedih ya! Anggap saja Rani cucu nenek.” Kataku menghibur.
    Nenek Sali tersenyum dan mengangguk. Ia segera memelukku erat-erat. Ia Nampak terharu dan bahagia sekali.
    Tidak terasa hujan telah berhenti. Aku pun berpamitan, karena khawatir kakek dan nenek kebingungan mencariku. Aku juga berjanji untuk datang lagi esok pagi.
    Ketika tiba di depan warung di perempatan jalan, seorang bapak memanggilku. Aku pun menghampirinya.   
    “Kamu pasti cucu pak Atmo. Kamu harus hati-hati dengan Nenek Sali. Ia itu menjadi kayak arena memelihara makhluk halus. Itu sebabnya ia tidak memiliki anak. Anak angkat dan suaminya dijadikan tumbal makhluk halus peliharaannya. Sebaiknya kamu jangan pergi ke rumahnya lagi. Bisa-bisa kamu dijadikan tumbal berikutnya.” Nasihat bapak itu.
    Aku jadi bergidik dan hanya bisa mengangguk mengiyakan. Aku bergegas pulang dengan bulu kuduk merinding.
    Keesokan harinya badanku terasa deman. Nenek segera membawaku ke puskesmas. Menurut dokter yang memeriksaku, aku terkena influenza. Aku diberi obat dan diminta untuk beristirahat.
    Selama tiga hari aku hanya bisa beristirahat di rumah. Namun dari beberapa orang yang datang, aku mendengar bahwa aku dikabarkan telah dijadikan tumbal oleh nenek Sali. Kakek dan nenek juga berusaha memberitahu bahwa aku Cuma terkena influenza.
    Pada hari keempat, aku merasa sehat kembali. Aku berencana siang harinya akan datang ke rumah nenek Sali. Aku ingin meminta maaf karena tidak menepati janjiku untuk datang tiga hari yang lalu. Selain itu aku ingin meminta maaf, karena sakitku dijadikan berita yang tidak-tidak tentang nenek Sali.
    Namun aku hanya bisa berencana saja. Tiba-tiba terdengar kabar bahwa nenek Sali meninggal dunia. Aku sangat sedih dan terpukul. Bersama kakek dan nenek aku mengantar nenek Sali ke tempat peristirahatannya yang terakhir. Dari bisik-bisik penduduk. Aku mendengar mereka menduga bahwa nenek Sali meninggal karena gagal menjadikan aku tumbalnya. Namun aku tidak mempercayainya. Aku semakin merasa kasihan pada nenek Sali.
    Keesokan harinya mbok Surti bersama Pak Rio datang menemuiku. Ternyata Pak Rio adalah seorang notaries. Pak Rio memberitahu bahwa aku dan mbok Surti dijadikan ahli waris kekayaan oleh nenek Sali. Mbok Surti telah dibelikan rumah dan sawah di desa asalnya. Sedangkan aku mendapatkan sejumlah tabungan di bank. Pak Rio juga menceritakan asal usul kekayaan nenek Sali. Kekayaan tersebut dari harta karun yang ditemukan mendiang suami nenek Sali saat menggali lubang di halaman rumahnya. Mereka merahasiakannya karena dipaksa kolektor kaya yang mengintainya dan membeli barang-barang tersebut.
    “Aduh, bagaimana ini?” ujarku kebingungan.
    Tentu saja aku sangat terkejut dan tidak menduga sama sekali. Tiba-tiba saja aku menjadi orang kaya. Selama beberapa hari aku berpikir tentang warisan tersebut.
    Akhirnya setelah berunding dengan kakek dan nenek, aku memutuskan menjadikan rumah tersebut panti asuhan. Sedangkan sawah dan tabungannya aku serahkan untuk biaya mengelola panti asuhan tersebut. Panti asuhan itu aku beri nama Panti Asuhan Nenek Sali. Aku yakin nenek Sali setuju dan bahagia, karena sebentar lagi rumahnya akan penuh dengan anak-anak yang ceria

Kamis, 20 Desember 2012

Menyulap Sampah Jadi Kompos

Kita biasa membuang sampah ke keranjang sampah. Sampah itu lalu diangkut oleh tukang sampah dan dikumpulkan di TPA. Karena penduduk kota besar cukup banyak, maka sampah-samaph itu jadi menggunung lalu membusuk dan menimbulkan penyakit. Hii...

Sampah Penyubur Tanaman

Di kota kecil, orang biasanya membuang sampah ke dalam lubang yang digali di halaman rumahny. Kalau sudah penuh lubang itu ditutup dengan tanah. Lalu orang itu membuat lagi lubang yang baru. Begitu seterusnya.

Sampah yang ditimbun dengan tanah itu akan membusuk. Berbulan-bulan kemudian sampah busuk itu berubah menjadi tanah. tanah yang terbentuk dari sampah itu disebut kompos. Jika kita menanam pohon di tanah kompos, pohon itu akan tumbuh subur.

Wah asik ya membuang sampah seperti itu. Sampah itu tidak menimbulkan penyakit, malah menyuburkan tanah. Sayang, di kota besar, kita tak bisa melakukannya sebab tanah yang kosong hampir tak ada. Halamn rumah pun umumnya sangat kecil. Aaaahh andai ada cara lain mengubah sampah jadi kompos.

Komposter si Penyulap

Eit, jangan sedih. Sekarang ada alat yang bisa mengubah sampah jadi kompos dalam waktu yang lebih singkat. Namanya komposter. Komposter sangat sederhana. Ia terbuat dari kaleng atau wadah plastik yang agak besar dan memiliki tutup. Misalnya bekas kaleng cat isi satu galon. Di bagian samping paling bawah kaleng itu dipasang keran air. Kira-kira 10 cm dari dasar kaleng ditaruh alah seperti saringan. Oh ya, sampah yang bisa dibuat kompos itu hanya sampah organik lo. Misalnya sayuran, daging, kertas dan lain-lain.

Sedangkan sampah anorganik seperti kaca, plastik, batu dan lain-lain tidak bisa. Taruhlah sampah organik itu diatas saringan. Kemudian semprotkan cairan EM$ pada sampah basah kuyup. Lalu tutuplah dengan rapat. Oh ya sampah organik itu akan lebih cepat berubah menjadi kompos apabila dipotong kecil-kecil serta ditaburi bulking agent. Yang termasuk bulking agent adalah tanah liat, dedak, jerami atau kotoran hewan.

Kalau komposer belum penuh, taruh sampah baru diatas sampah yang lama. Semprotkan lagi cairan EM4 sampai sampahnya basah kuyup serta taburi bulking agent. Begitu seterusnya sampai komposer penuh.

Setelah itu diamkan sampah di dalam komposer yang terututup rapat. Selama 4 atau 5 hari sekali sampah itu harus diaduk. Maka 2 minggu kemudian....simsalabim jadi apa prok prok *manggil pak tarno* sampah pun berubah jadi kompos yang siap dipakai untuk menanam tanaman. Jadi siramkan saja ke tanaman.

Nah itulah komposer, sebuah alat yang bisa menyulap sampah organik menjadi kompos dengan cepat tanpa bau. Komposer ini harganya sekitar 35.000 bisa dibuat sendiri juga lho :)

Berani Melawan Takut

Setiap orang punya rasa berani. Namun, setiap orang juga punya rasa takut. Teman yang paling berani pun punya rasa takut. Jadi gak usah khawatir, kalau kita juga punya rasa takut. Yang penting kita juga harus punya rasa berani. Rasa takut kita, coba kita kurangi dan hilangkan kalau bisa. Kita coba daftar rasa takut kita dan juga sebab akibatnya. Kita takut apa saja. Kenapa kita takut. Apa akibatnya. Mana seba yang bisa kita hapus. Dan mana yang bisa kita abaikan.

Maka yang tertinggal adalah rasa takut kita yang paling tinggi. Dan sebab yang paling kuat. Serta akibat yang paling merugikan. Kalau sudah ketahuan begini. Kita berlatih untuk mengurangi rasa takut itu. Dan kita harus berani.

Rahasia Menjadi Orang Hebat

Wah semua orang sudah tahu kalau seorang juara kelas adalah anak yang hebat. Hmmm, bagaimana jika kita tidak juara kelas di sekolah? Apakah kita bukan anak yang hebat? Sssttt, sekalipun kita tidak juara kela kita tetap anak yang hebat lho. Ya, siapa tahu kita pintar melukis atau menulis cerita. Enggak percaya? Yuk, kita lihat rahasia otak dan rahasia orang hebat.

Otak Kanan dan Otak Kiri, Siapa yang Paling Hebat?

 
Hmm rupanya otak kita itu seperti rumah yang sangat sibuk. Di rumah otak ini ada ruangan sebelah kiri dan ruangan sebelah kanan. Ruangan sebelah kiri atau otak kiri sibuk dengan kegiatan olah raga, berhitung, menulis, dan meneliti setiap masalah. Bagaimana dengan otak kanan? Wow rupanya otak kanan ramai dengan kegiatan melukis, berkhayal, dan mengingat letak benda. Rupanya otak kanan dan otak kiri memiliki tugas ya berbeda beda ya?

Uppss lalu siapa ya yang lebih pintar?? Otak kanan atau otak kiri? Ah, kalian pasti menduga otak kiri deh. Soalnya otak kiri membuat orang jadi juara matematika dan olahraga di sekolah. Eittss, tapi tunggu dulu. Jika otak kanan rajin melatih tugasnya maka orang akan pintar melukis atau berkhayal. Hasil lukisan dan khayalan juga tidak kalah pintar dengan kepintaran berhitung. Wah kalau begitu otak kanan dan kiri sama hebatnya dong? Benar sekali. Coba ingat-ingat apa saja pekerjaan orang yang hebat yang kita kenal? Olala, ternyata orang hebat itu ada yang bekerja sebagai olahragawan pelukis, penyanyi penulis, arsitek, penemu mesin dan ilmuan. Jadi jika kita tidak pintar matematika. Jangan malu karena kita mungkin pintar melukis atau menulis.


Dilarang Malas Belajar!

Eh, apakah itu berearti kita tidak perlu belajar matematika, jika kita ingin pintar melukis? Huss salah besar. Soalnya orang-orang yang hebat ternyata belajar segala macam pengetahuan. Kata para ahli belajar adalah persiapan untuk menjadi orang hebat di bidang apapun.

Belajar membuat kita punya pengetahuan. Nah pengetahuan ini diperlukan untuk menciptakan karya yang hebat.

Wah wah ternyata untuk menjadi orang hebat itu tidak boleh malas belajar ya? Entah itu menjadi pelukis penulis pemusik atau ilmuan. Semua pekerjaan hebat memerlukan pengetahuan yang luas. Jadi jangan malas belajar dan membaca buku deh.

Sabtu, 03 November 2012

LDKO KIR

Ini cerita saya ketika LDKO KIR hari Sabtu tanggal 27-28 Oktober 2012. Dari mulai persiapan saya udah ripuh, soalnya tu diklat abis Lebaran Haji. Otomatis persiapannya jauh jauh hari sebelum tanggal 27. Waktu itu pikiran saya kacau balau, dari mulai barang yang harus dibawa, sampai bagaimana diklat nanti? Apakah bakal dimarah-marahi habis-habisan lagi? Akhirnya saya jadi keburu stress duluan dan banyak barang yang ketinggalan. Untung masih ada cadangan di kos.


Satu lagi yang nyebelin ketika kaus kaki berwarna biru dan kuning milik teman saya yang akan saya pinjam, ternyata lenyap di kosan. Entah kemana tu kaus kaki pergi, yang jelas gak izin dulu sama si empunya. Saat itu saya pusing 200 keliling mau nyari kaus kaki kemana? Kebetulan saat itu lagi hujan, udah gitu pastinya tekor karena harus beli kaus kaki dua. Mana ada yang jualan kaus kaki sebelah biru sebelah kuning? Dengan berat hati saya pun pergi mencari kaus kaki warna biru-kuning itu. Akhirnya nemu juga tu kaus kaki di toko olah raga deket jalan Emen Slamet. Dan eng ing eng, harganya 10 ribu satu pasangnya, otomatis saya bayar 20 ribu. Lenyaplah sudah uang dari si ibu -______-.


Dan setelah saya sampai di kosan, kondisi kamar kos udah berantakan lebih lebih dari kapal pecah. Udah mah pikiran gak karuan, ini lagi kamar berantakan. Tepat pukul setengah satu saya pergi ke sekolah kebetulan Chek in-nya jam 1 jadi kita mesti on time. Dan sialnya lagi topi daun salam saya ketinggalan di kosan. Terpaksa saya lari-lari ke kosan sambil pake pantopel yang tingginya gak tau berapa senti yang jelas berasa tinggi banget. Hufft untung belum chek in.


Dan pas chek in, barang-barang saya banyak yang salah. Perasaan sih udah pada bener semua, tapi gak taulah pada dasarnya gak ada manusia yang selalu benar dan gak ada juga manusia yang selalu salah. Setelah puas mengobrak-abrik isi koper, para Sorella *panggilan buat panitia perempuan* nyuruh kita masukin barang ke koper dalam 30 hitungan. Anjirr banget, mana barang-barang saya berantakan gak karuan lagi. Alhasil semua baju-bajunya jadi kusut.

Beres chek in, kami semua masuk ke Barak, langsung disuruh ganti pake gamis coklat buat persiapan shalat. Eh tau gak gamis coklat yang saya pake adalah baju hamil si ibu dulu bahahaha :D. Abisnya sayang kalau beli, toh saya gak suka pake gamis. Gila mana pas waktu itu ada anak-anak lain yang lagi pramuka, otomatis kita jadi sorotan tajam mata mereka. 


Abis shalat kita langsung disuruh ganti pake kemeja kotak-kotak, abis itu kita langsung upacaara pembukaan. Baru upacara aja saya udah pegel kaki, akibat gak terbiasa pake pantopel.


Di skip aja ya, abisnya udah lupa lagi urutan ceritanya :D, nah yang paling ngenes itu adalah ketika dinner. Tiap orang dikasih kira-kira 3-4 centong nasi. Gilaa selaper-lapernya saya kagak pernah makan sebanyak itu -______-. Udah gitu pake sayur sop yang airnya banyak pake banget. Udah makannya diwaktu lagi 7 menit. Dan makannya saya belum abis juga pada saat detik-detik terakhir, untung aja ada yang bantuin. Kasihan juga sih yang bantuinnya soalnya dianya juga kayanya udah kekenyangan. 


Fine, abis itu kita pensi. Dan tekanan darah saya mulai naik saat salah satu Sorella minta diulang-ulang aja penampilan kita. Dibilang inilah, itulah. Udah mah mata tinggal 5 watt eh disuruh nyanyi bulak balik. Akhirnya setelah berulang-ulang kita disuruh tidur. Tapi sebelumnya minum STMJ dulu, enak juga kaya susu coklat tapi agak pedas gitu. 


Dan pas tengah malam kita dimarah-marahin alias stressing *gak tau nulisnya*. Eh sumpah pas stressing saya setengah sadar, abisnya ni mata perasaan gak mau ngebuka deh. Udah gitu malah wisata malam., udah mah baru bangun otak saya juga belum di upgrade lagi jadi rada bilet ngejawab pertanyaanya juga.


Akhirnya *langsung aja ke ending* diklat KIR beres juga, walaupun udah diklat tetep ada masih ada ritual lagi yaitu nyari pin. Wish me luck, semoga pas nyari pin gak ada sesi dimarah-marahin lagi ammiin. :D


Ikuti cerita saya terus ya bahaha :D